Ara Jamin Warga Rumah Gratis Dapat Sertifikat: Tapi Jangan Langsung Digadaikan

Jakarta – Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait mengatakan, bagi warga yang mendapat rumah gratis di Desa Sukawali, Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, Banten akan mendapatkan sertifikat lahan. Namun, ia tidak merinci jenis sertifikat lahan apa yang akan diberikan.

“Yang pasti rakyat mendapatkan sertifikat. Rakyat memiliki, jadi tidak nyewa. Tapi juga jangan dijual, baru dikasih 1 bulan dijual, digadaiin, makanya kita mesti mikirin utuh gitu loh,” kata pria yang akrab disapa Ara di lokasi groundbreaking rumah gratis, Jumat (1/11/2024).

Ara menambahkan, pihaknya masih akan memikirkan sertifikat lahan seperti apa yang akan diberikan serta skema pemilihan warga yang berhak mendapatkan rumah gratis. Ia menuturkan, pihaknya akan memikirkan hal tersebut sembari menjalankan proyek pembangunan 3 juta rumah

“Jadi misalnya berapa tahun tidak boleh dijual, tidak boleh digadaikan.Itu kan bagian yang kita mesti bangun, tapi kalau saya mikirin itu dulu baru jalan, mau jalannya kapan? Jadi saya jalan dulu aja sambil kita mikirin,” jelasnya.

“Yang pasti ini tidak disewakan.Tidak dijual, gratis,” pungkasnya.
Ditemui seusai acara, PJ Gubernur Banten Al Muktabar, menuturkan pihaknya sedang memproses izin persetujuan bangunan gedung (PBG). Proses tersebut akan dilakukan sesingkat mungkin.

“Kita proses (PBG) secepat-cepatnya, seperti dalam kemerdekaan, dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. (Nanti statusnya SHM?)Ya nanti kita percepat,” katanya.

Seperti diketahui, rumah gratis yang dibangun berupa rumah tapak dengan tipe 36/60. Rumah tersebut nantinya akan ada 250 unit. Berikut ini merupakan alasan kenapa rumah gratis yang dibangun berupa rumah tapak.

Alasan Aguan Bangun Rumah Tapak

Bos Agung Sedayu Grup, Sugianto Kusuma atau yang akrab disapa Aguan ini membeberkan alasan kenapa rumah gratis di Desa Sukawali, Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, Banten dibangun rumah tapak bukan rumah susun. Hal itu terkait dengan budaya dan biaya perawatan yang harus dibayar cukup mahal.

Ia menuturkan, jika rumah gratis dibangun berbentuk rusun, akan ada iuran pengelolaan lingkungan (IPL) yang umumnya cukup mahal. Hal itu tidak sebanding dengan rata-rata pendapatan warga sekitar.

“Saya rasa gini, rumah susun ke atas warga kita belum gitu cocok. Betul nggak? Kalau di dalam kota mungkin yang itu udah biasa. Kalau rumah (susun) nggak cocok, dia punya IPL-nya mahal,” kata Aguan saat ditemui usai acara groundbreaking rumah gratis.

Maka dari itu, ia mengatakan untuk rumah di kawasan Desa Sukawali lebih cocok dengan rumah tapak. Sementara itu, untuk rumah susun cukup dibangun di kawasan perkotaan saja.

Jadi rumah yang susunnya ini, kita sudah ada rumah susun. Kita sudah bangun di Jakarta juga, di Cengkareng. Kita sudah, sana ada 1.100 rumah kita bina, sudah cukup sukses. Jadi kita merasa konsep ini bisa berjalan. Kalau di sini lebih cocok rumah tapak gini,” ujarnya.

Sebagai informasi, Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman Maruarar Sirait (Ara) meresmikan pembangunan rumah gratis di Tangerang sebagai tanda dimulainya program 3 juta rumah. Rumah tersebut akan berada di atas lahan seluas 2,5 hektar yang dibangun oleh Agung Sedayu Group.

“Jadi tanahnya ini sebagian punya Menteri (Ara), sebagian punya Pak Dino (Bumi Samboro). Karena sebagai menteri kita kasih contoh gotong royong,” kata Ara di Desa Sukawali, Pakuhaji, Kabupateng Tangerang, Jumat (1/11/2024).

Source : detik.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *